Segera Terbit
Panduan Tata Laksana Penyakit Parkinson Indonesia
Tim Penulis:
1. dr. Dyah Tunjungsari, Sp.N, Subsp.NGD (K)
2. dr. Banon Sukoandari, Sp.N
3. Prof. Dr. dr. DPG Purwa Samatra, Sp.N, Subsp.NGD (K)
4. dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.N , Subsp.NGD (K), M.Ked (Neu)
5. dr. Neila Raisa, Sp.N, Subsp.NGD (K), M.Biomed
6. dr. Priya Nugraha, Sp.N, Subsp.NGD (K)
7. dr. Rizal Tumewah, Sp. N, Subsp.NGD (K)
8. dr. Selly Marisdina, Sp.N, Subsp.NGD (K), MARS
9. dr. Sobaryati, SpN. Subsp. N.I.K (K), KIC., M.Kes
10. dr. Sri Yenni Trisnawati, Sp.N, Subsp.NGD (K), M.Biomed
11. dr. Subagya, Sp.N, Subsp.NGD (K), CMC
Seperti diketahui bahwa Penyakit Parkinson adalah penyakit degenerasi otak yang terbanyak kedua, setelah penyakit Dementia Alzheimers. Dan Penyakit Parkinson ini juga merupakan penyakit yang tingkat insidensinya bertambah banyak setiap tahun, dan dalam sebuah kepustakaan disebutkan bahwa Penyakit ini dapat menjadi pandemi kedua setelah Pandemi Covid 19 sejak tahun 2019 –dan telah sama-sama dilewati.
Penyakit Parkinson sendiri memiliki dimensi gejala yang sangat bervariasi antara satu pasien dengan pasien lainnya, masing-masing bersifat unik untuk tiap individu. Gejalanya pun cukup beragam, yang meliputi gejala motorik maupun gejala non-motorik. Gejala tersebut seiring waktu akan mengalami progresifitas atau perburukan; yang mana hal tersebut dapat mengganggu kualitas hidup pasien khususnya dan keluarga umumnya.
Pengobatan terhadap gejala penyakit ini juga sangat individual, karena disesuaikan dengan kondisi pasien yang beragam, dengan mempertimbangkan preferensi pasien; serta keterlibatan keluarga juga sangat diharapkan. Kebutuhan obat akan meningkat, tetapi juga dengan mempertimbangkan fluktuasi motorik yang akan muncul sebagai konsekuensi pengobatan itu sendiri, disamping karena bertambah parah penyakit. Tata Laksana non medikasi juga akan memberikan hasil yang baik, apabila diberikan pada kondisi dan waktu yang tepat. Dan tindakan operasi dapat sangat bermanfaat pada pasien yang terseleksi tepat.
Karena berbagai kerumitan tersebut, maka diperlukan adanya Pedoman Tata Laksana Penyakit Parkinson, yang dapat membantu memudahkan para Dokter Spesialis Saraf memberikan tata laksana yang paling tepat dan efektif. Dengan Panduan ini pula, maka Pengobatan yang tidak perlu dapat dihindari, serta memungkinkan terdapat keseragaman cara berpikit dalam menentukan strategi tata laksana Penyakit Parkinson oleh seluruh Dokter Spesialis Saraf di Indonesia. Pedoman ini disusun oleh anggota Pokja Gangguan Gerak yang melibatkan para Guru Besar, Konsultan Gangguan Gerak dan Peminat dalam ilmu Gangguan Gerak.