Peran Spesialis Kedokteran Keluarga Layanan Primer dalam Menjembatani Kesenjangan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Indonesia: Mendukung Pencapaian Target Pembangunan Berkelanjutan di Bidang Kesehatan

SEGERA TERBIT 

Peran Spesialis Kedokteran Keluarga Layanan Primer dalam Menjembatani Kesenjangan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Indonesia: Mendukung Pencapaian Target Pembangunan Berkelanjutan di Bidang Kesehatan

Penulis : Indah Suci Widyahening

 

Masih banyak yang menganggap bahwa, PTM seperti penyakit jantung, diabetes, stroke atau kanker sebagai penyakit masyarakat kelas menengah ke atas, dan lebih banyak menimpa mereka yang tinggal di perkotaan. Namun sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa PTM saat ini justru lebih banyak dialami oleh mereka yang berasal dari golongan sosio-ekonomi yang lebih rendah. Kemiskinan menyebabkan terbatasnya kemampuan menyediakan makanan yang bergizi seimbang dan membatasi akses terhadap pemeriksaan dan pengelolaan kesehatan secara lebih dini.  Peningkatan jumlah PTM yang saat ini terjadi secara global justru banyak dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah PTM yang dialami oleh masyarakat yang tinggal di pedesaan. Saat ini hampir setengah jumlah penduduk Indonesia masih tinggal di pedesaan, sehingga mengandalkan pengendalian PTM pada layanan sekunder yang sebagian besar berada di perkotaan tentunya tidak akan tepat sasaran.

Faktor risiko utama yaitu pola makan yang tidak sehat, inaktivitas fisik, konsumsi tembakau dan penyalahgunaan alkohol, umumnya merupakan bagian dari gaya hidup yang sudah dimiliki seseorang sejak masih berusia muda, sehingga seharusnya bisa dicegah sejak dini. Oleh karena itu intervensi terhadap PTM seharusnya lebih difokuskan pada kelompok remaja dan dewasa muda, karena intervensi pada kelompok usia dewasa akhir dan juga lansia, sebenarnya sudah tergolong terlambat dari kacamata pencegahan dan memberikan kontribusi yang tidak terlalu besar terhadap penurunan jumlah PTM. Program-program pengelolaan faktor risiko PTM yang diselenggarakan berbasis setting dimana kelompok remaja dan dewasa muda berada, seperti sekolah, kampus atau tempat kerja, perlu diperkuat. Misalnya program edukasi gizi di sekolah Gizi untuk Prestasi (Nutrition Goes to School) atau Gizi untuk Produktivitas (Nutrition Goes to Workplace) di tempat kerja yang dikembangkan oleh Southeast Asian Ministry of Education Regional Center for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) dan program Kampus Sehat yang diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan. Begitu juga model layanan kesehatan primer bagi kelompok remaja dan dewasa muda yang menekankan keterlibatan kelompok itu sendiri (peer-engagement) perlu dikembangkan.

Kesehatan dan tubuh yang sempurna merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang pertama kali kita peroleh saat lahir dan menjadi modal utama kita dalam menjalani kehidupan yang berarti.  Kesibukan datang dan pergi, kebahagiaan dan kesedihan silih berganti dialami, berbagai peran dan tanggung jawab kita dalam kehidupan bisa tergantikan, namun menjaga kesehatan merupakan tanggung jawab diri sendiri yang tidak bisa digantikan oleh orang lain dengan cara apapun.  Menginvestasikan waktu, tenaga dan biaya untuk menjaga kesehatan sejak muda sudah pasti menguntungkan, karena kesehatan adalah kekayaan kita yang paling berharga.

 

About the Author: UI Publishing

You might like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *