Segera Terbit
Feeding the Future: Peran Kualitas Diet, Mikrobiota Saluran Cerna, dan Pangan Berkelanjutan untuk Meningkatkan Kecerdasan dan Kesehatan Ibu, Anak, dan Remaja Menuju Generasi Emas Indonesia
Penulis : Rina Agustina
Indonesia saat ini menghadapi bonus demografi hingga 2035, di mana jumlah
penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar daripada anak-anak dan
orang lanjut usia (lansia) yang memberi potensi positif jika dimanfaatkan secara efektif
dan diiringi upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Namun, di tengah bonus
demografi ini, hampir setengah dari penduduk dunia, termasuk Indonesia menghadapi
tiga beban masalah gizi sekaligus atau triple burden of malnutrition: kekurangan gizi,
kelebihan berat badan, dan defisiensi mikronutrien. Secara global, angka kelebihan
berat badan dan obesitas anak dan remaja meningkat, terutama di Asia Tenggara dan
Pasifik, termasuk Indonesia, sementara masalah kekurangan gizi belum teratasi dengan
prevalensi kekurangan gizi ibu, anak dan remaja yang tinggi (1), sehingga pencapaian
target gizi dan kesehatan global masih belum tercapai (off-track).
Indonesia, sebagai negara berpendapatan menengah berkembang pesat
termasuk dalam perkembangan fasilitas pelayanan dan cakupan kesehatan
menyeluruh melalui sistem jaminan kesehatan nasional (JKN), peningkatan angka
harapan hidup, dan penurunan angka kematian bayi serta angka fertilitas nasional.
Review kami di jurnal The Lancet 2019, melaporkan bahwa sistem JKN Indonesia, sistem
asuransi kesehatan dengan pembayar tunggal terbesar di dunia, meningkatkan
kesetaraan dan akses terhadap pelayanan kesehatan, yang tentunya akan memberi
dukungan penting bagi perbaikan gizi. Secara global, Indonesia telah menjadi role
model yang menginspirasi negara-negara lain dalam menghadirkan perubahan positif
ini. Hal ini membekali Indonesia menghadapi ‘dividen demografis’ dan target
Sustainable Development Goal (SDG) 2030, serta mewujudkan generasi emas 2045.
Namun, kemajuan dan pencapaian Indonesia belum merata di seluruh negeri
dan masih terdapat kesenjangan kesehatan. Indonesia masih menghadapi tingginya
angka kematian ibu (AKI) dan bayi baru lahir, meskipun terdapat kemajuan awal dalam
program keluarga berencana. Penerapan sistem JKN telah membawa dampak positif
terhadap kesehatan dan gizi ibu dan anak.(2) Di satu sisi, Indonesia masih menghadapi
tantangan seperti akses JKN yang tidak memadai untuk kelompok rentan seperti ibu
hamil, anak-anak di bawah 4 tahun, dan kelompok “missing middle” milenial dengan kuintil kekayaan menengah, dan masih tingginya biaya kesehatan ditanggung sendiri
(out of pocket).(3) Indonesia juga menghadapi kompleksitas dan keragaman
penyebaran penduduk di berbagai pulau dengan pola makan, penyakit, gaya hidup,
kepercayaan terhadap kesehatan, pembangunan manusia, budaya, dan partisipasi
masyarakat yang masih timpang. “Centralised one size fits all approach” tidak akan
dapat mengatasi kompleksitas dan keragaman ini.
Indonesia perlu meningkatkan upaya dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan sosial, terutama untuk kelompok ibu, anak, remaja, dan generasi
muda.(2) Transformasi sistem kesehatan yang lebih adaptif, efektif, dan adil
diperlukan, dengan dukungan dari JKN yang harus mampu mengakomodasi
keberagaman masyarakat yang kompleks ini.(3) Tantangan utama adalah tingginya
kasus penyakit tidak menular (PTM), yang memerlukan inovasi dalam pencegahan dan
promosi gaya hidup sehat, serta investasi dalam sistem informasi kesehatan digital
terintegrasi yang dapat memperkuat layanan primer dan rujukan petugas kesehatan
garda depan.(3,4) Tentunya, inovasi juga diperlukan dalam intervensi gizi. Semua
tantangan ini, bersama dengan perubahan iklim yang cepat dan degradasi lingkungan
serta sumber daya alam, menuntut solusi inovatif untuk mengatasinya.
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai tantangan
permasalahan gizi berupa triple burden of malnutrition yang dihadapi Indonesia,
terutama pada ibu, anak, dan remaja, dengan tingginya angka stunting, peningkatan
obesitas, dan penyakit tidak menular. Transisi gizi berupa perubahan pola makan sehat
dan beragam menjadi makanan olahan dan siap saji yang tinggi gula, garam, lemak, dan
rendah serat, patut diperhatikan. Kualitas diet merupakan faktor penting yang
memengaruhi kesehatan dan komposisi mikrobiota saluran cerna.
Upaya modulasi mikrobiota usus melalui intervensi probiotik dan zat gizi serta
peningkatan kualitas diet telah terbukti bermanfaat dalam menurunkan insiden diare,
meningkatkan pertumbuhan anak, memperkuat sistem kekebalan tubuh ibu, anak dan
remaja dan kecerdasan anak dan remaja seperti yang diamati dalam berbagai uji klinis
yang kami lakukan. Indonesia mempunyai potensi untuk menjadi teladan dunia dalam
konsumsi gizi seimbang dan berkelanjutan, yang memerlukan kebijakan yang
mendukung perubahan perilaku, serta memanfaatkan kearifan lokal dan teknologi.
Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan penelitian terapan, seperti pengembangan
probiotik berbasis data metagenomik dan pendekatan precision nutrition yang tepat.