Alternatif Strategi Pengelolaan E-Waste di Jakarta

Segera Terbit

Alternatif Strategi Pengelolaan E-Waste di Jakarta

Penulis:

Prof. Dr. Rahmat Nurcahyo
Prof. Dr. Ir. Muhamad Asvial, M.Eng
Dr. Nurhadi Wibowo, MT., ST
Ajun Tri Setyoko, MT.

Perkiraan Harga Jual : Rp. 62.000

Limbah elektronik (electronic waste atau e-waste) menjadi salah satu jenis sampah dengan pertumbuhan tercepat di dunia . Pada tahun 2019, total 53,6 juta ton (Mt) e-waste diproduksi di seluruh dunia, yang mewakili 21% hanya dalam 5 tahun. E-waste dibagi menjadi enam kategori utama yang sangat sesuai dengan karakteristik pengelolaan sampahnya. Kategorinya adalah peralatan pengubah suhu; panel dan layar tampilan; lampu; peralatan berukuran besar; peralatan berukuran kecil; teknologi informasi kecil; dan perangkat telekomunikasi; namun, 17,4% e-waste yang diregenerasi pada tahun 2019 dapat dipulihkan dan didaur ulang.

Indonesia memimpin dengan tingkat e-waste Asia Tenggara tertinggi 745 ribu ton/tahun, diikuti oleh Thailand dengan 418 ribu ton/tahun. Jika tidak, Malaysia berada di sebelah Indonesia dengan 250 ribu ton/tahun lalu Singapura 109 ribu ton/tahun. Namun, Kamboja menjadi negara dengan tingkat e-waste terendah di Asia Tenggara, dengan 16 ribu ton/tahun. Tingginya jumlah e-waste di Indonesia perlu diimbangi dengan infrastruktur pengelolaan e-waste yang efektif agar lebih banyak peluang pemanfaatan e-waste di Indonesia

Tujuan penulisan ini untuk menyajikan hasil penelitian penulis bagi pengambil keputusan, akademisi, industri dan masyarakat luas pada umumnyasebagai bahan pengetahuan dan informasi terkait pengelolaan e-waste.
Saat ini sektor formal kesulitan dalam mengelola e-waste agar proses daur ulang menjadi ekonomis. Hanya sekitar 10% limbah elektronik yang dapat dikelola, hal ini disebabkan karena masih minimnya perusahaan daur ulang berizin di Indonesia. Sebagian besar, limbah hasil industri dan bisnis (termasuk limbah elektronik) dibuang sembarangan. Di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Pemerintah Provinsi sudah mulai mengelola rantai pasok sampah dan limbah secara terpadu dibawah pengawasan Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Provinsi DKI Jakarta yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa pada tahun 2014 memiliki volume e-waste 5 ton/tahun tiap penduduknya. Hal ini berarti terdapat potensi 50 ribu ton e-waste yang dapat dikelola.


Dari hasil penelitian pada buku ini diketahui alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan e-waste. Selain itu kami memaparkan bagaimana peran infrastruktur, lingkungan sosial, regulasi, pemangku ekonomi dan sektor ekonomi dalam meningkatkan rantai pasok pengelolaan limbah elektronik di DKI Jakarta. Hal penting lainnya adalah mempelajari perilaku masyarakat dalam mendaur ulang e-waste. Keberhasilan pengelolaan e-waste bergantung pada keterlibatan masyarakat. Pemerintah berperan dalam memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat serta penerapan peraturan dan sanksi kepada pengelola e-waste sektor informal yang melakukan pengelolaan e-waste yang berdampak buruk bagi lingkungan.

About the Author: admin

You might like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *