SEGERA TERBIT
Hospital Collaps. So Improve Your Hospital
Penulis : Dr. dr Asih Widowati MARS
Ketika sebuah rumah sakit sudah hampir bangkrut, dimana komponen dalam rumah sakit itu adalah karyawan, di rumah sakit ada dokter, perawat dan para pimpinan unit kerja juga para pekerja baik dia tenaga kesehatan bisa juga hanya pekarya atau ahli dalam bidang alat alat medic yang bagian memperbaiki jika ada yang rusak. Kondisi ini secara psikologis akan sangat berpengaruh kepada semua tenaga yang ada pada institusi tersebut. Setiap orang di dalam benaknya berbeda beda tetapi satu perasaan yang sangat pedih kenapa mesti begini yang pasti sudah menghantui para karyawan mungkin PHK atau pengurangan pegawai atau lain lainnya yang mana dampak psikologis ini juga dirasakan di jajaran pemimpinya. Bagaimana aku harus memulai darimana.
Sebuah pengalaman ketika sebuah perusahaan otomotif dijepang bangkrut, yang sudah tidak mampu lagi menggaji para pegawainya ada perasaan rendah diri,tidak mampu bayar,malu dan segudang perasaan lain yang campur aduk menjadi satu.Kemudian sesuai dengan budaya mereka maka berkumpulah mereka bersama menjadi satu, Dimulailah dengan awal kata permintaan maaf perusahaan seperti ini setengah mebungkuk dan sesudahnya mereka saling salaman minta maaf kemudian mengatur rencana untuk kedepan diadakan suatu manajemen perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi saat ini serta perlahan mengadakan perbaikan untuk bangkit kembali.
Berikut ini sepenggalan kisah yang terjadi pada issue perumah sakitan sekitar 3th yang lalu dan kira kira rencana untuk ke depan melalui diskusi diskusi dan pendapat para pimpinan yang nota bene adalah orang orang yang ahli di bidang manajemen rumah sakit.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di kawasan Indonesia barat terancam tidak dapat beroperasi lagi alias bangkrut.
Penyebabnya saat ini rumah sakit milik pemerintah Provinsi tersebut itu harus memikul beban biaya operasional yang sangat besar, sementara pemasukan sangat tidak berimbang.
Beban pembayaran dari para tenaga honorer medis dan non medis yang berjumlah lebih dari 300 orang tisak kurang dari Rp 460 juta per bulan. Belum lagi biaya oprasional lain yang diperkirakan melebihi angka Rp 2 Miliar setiap bulan.
Sedangkan pemasukan hanya berkisar dibawah Rp 2 miliar per bulan. Itupun harus menunggu beban piutang dari program BPJS dan sisa piutang lama dari program Jamkeskot dan Jamkesmas.
Beban ini semakin berat dengan kewajiban membayar hutang lama kepada pihak suplayer peralatan dan obat kebutuhan rumah sakit sebesar Rp 25 Miliar yang harus dicicil setiap bulan.