SEGERA TERBIT
Buku 40 Tahun Prodi Urologi FKUI
Penulis : Prof. dr. Rainy Umbas, SpU(K), PhD, Prof. Dr. dr. med. Akmal Taher, SpU(K), Prof. dr. Chaidir Arif Mochtar, SpU(K), PhD, dr. Arry Rodjani, SpU(K), Prof. Dr. dr. Nur Rasyid, SpU(K), Prof. dr. Ponco Birowo, SpU(K), PhD, Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU(K), Prof. dr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU(K), PhD, Prof. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K), FICRS, PhD dr. Gerhard Reinaldi Situmorang, SpU(K), PhD, dr. Fina Widia, SpU(K), dr. Widi Atmoko, SpU(K), FECSM, FICS, dr. Dyandra Parikesit, BMedSc., Sp.U, FICS, dr. Fakhri Rahman, SpU(K) FICS, dr. Putu Angga Risky Raharja, SpU, FICS, dr. Adhitama Alam Soeroto, SpU, dr. Muhammad Haekal Fadhilah, dr. Kenneth Reyner Agoes, dr. Muhammad Fitrizal, dr. Muhammad Andi Iqbal Maulana, dr. Favian Ariiq Rahmat
Sebelum ilmu bedah terbentuk, segala jenis tindakan-tindakan medis yang memerlukan ketrampilan tangan dengan menggunakan peralatan disebut dengan chirurgie. Pendidikan chirurgijnen dilakukan dengan sistem magang. Officieren van gezondheid lulusan Kweekschool voor Militaire Geneeskundigen (Sekolah Kejuruan Tenaga Kesehatan Militer) diberikan pelatihan keterampilan untuk melakukan berbaga macam tindakan operasi darurat (chirurgie d’urgence) dan operasi elektif, tetapi tidak diajarkan untuk memiliki kemampuan berpikir secara ilmiah dan mempelajari ilmu pengetahuan dasar.
Pergeseran paradigma dan seiring dengan perkembangan dasar ilmiah yang kokoh dan dipacu juga oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberi dampak kepada chirurgie untuk berkembang menjadi ilmu bedah. Transformasi tersebut mulai terjadi di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Indie dengan dibentuknya School Tot Opleiding Van Indische Artsen (STOVIA) dan Centrale Burgelijke Ziekenhuis (CBZ) di Batavia untuk kemudian menyebar ke seluruh Indonesia.
Sejarah awal bedah di Indonesia dimulai pada tahun 1889 ketika seorang ahli bedah pertama dari Jerman Dr. C.H. Stratz tiba di Indie (Indonesia pada masa penjajahan Belanda). Dr. C.H. Stratz rutin melakukan berbagai tindakan laparotomi yang juga termasuk operasi ginekologi dan dituliskan ke dalam dokumen jurnal miliknya pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1894, ahli bedah lain juga ikut berdatangan ke Indonesia seperti yaitu J.A. Koch, P. Koefoed, H.F.P. Maasland, P.H. Schoonheid, dan H.C. van den Vrijhoef. Pada masa sebelum kemerdekaan, STOVIA sudah memiliki bagian ilmu bedah sendiri yang dipimpin oleh Prof. Redeenkys, seorang profesor berkebangsaan Belanda.